Berlumba? Ya, jawabku. Ku ingin berlari ke tempat
yang jauh dimana tak ada satu orang pun yang dapat mengejarku.
Rindu ini punya hati. Tak membuat orang lain menjadi liar tanpa nurani. Senyum.
Jujur saja rindu itu apa maksudnya, Hamra'? Rindu itu milik siapa? Qaisara bertanya.
Milik siapa lagi bagimu ? Ujar Hamra' sambil menutup kitab Kalamullah yang dibacanya.
Mana mungkin milik sang pengemis jalanan? Peminta sedekah tak berbayar? Kalau begitu nampak sungguh diriku tak memerlukan rindu itu berpaling di hati ini" hujah Qaisara.
Sabar disambut matahari, bergeliat diterpa hujan. Bayu yang bertiup kencang seolah membuat dua gadis ini berbicara sambil menikmati permandangan di tepi tasik.
"Bukan begitu Sara, tidak sama sekali. Rindu ini bukan milik sang pemalas. Rindu hanyalah milik setiap insan yang pekerja keras" Hamra' memeluk al-Quran. Ya, dirasanya hembusan Sang Bayu saling melihat ke arah mereka.
Akan taman bunga yang cantik. Akan pepohan yang rendang. Akan sungai yang begitu jernih. Akan makhluk yang terpenuhi haknya. Akan manusia yang memanusiakan manusia. Sampai begitukah sekali? teduhan pohon menyapa mereka dalam diam dan bisu.
"Rindu ini milik kita , ukhti Sara. Tanpa lisan yang saling mendoakan, ia akan hilang bila kita saling menjatuhkan. Ia terhempas bila kita saling menumpas antara satu sama lain. Maka pudarlah, dan nyahlah ukhwahfiillah itu daripada pandangan. Kabur segalanya" Ujar Hamra'.
"Sungguh tepat dan benar sekali, Hamra'. Namun kamu mengerti erti rindu selebihnya? Huh, diriku dalam situasi itu" keluhan Qaisara mampir.
Aduhai sahabatku yang manja, sabarlah, ukhti Sara. Rupanya ada taman indah bermekaran bunga-bunga rindu seperi bunga Sakura ya dalam jiwamu? tenung Hamra' memandang Qaisara.
"Padamu itu harus ya Hamra' ? Bagaimana?
"Apa tunggu lagi, berdoalah dalam diam. Saling mengutus padaNya. Dan DIA tak pernah melarang kita merancang. Dan DIA tak pernah menghalang kita merencana apa pun untuk hidup kita. Persis rindumu. Masa hadapanmu itulah kebahagianmu, rencanalah untuk kebahagian itu hakiki di dunia & akhirat"
"Alhamdulillah, huh, tenang hati ini mendengar seperti itu. Syukran ya sodaqati" Ujar Qaisara memalingkan muka malu-malu kucing.
"Haa, tapi ingat tak ajaran murabbi kita dulu?" Tanya Hamra' menghentikan lamunan Qaisara.
"Semestinya, bismillahirrahmanirrahim. Tidak beriman seseorang dari kamu sebelum kamu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain-lain. Hadis (Bukhari & Muslim)"
"Nah, begitulah seterusnya. In sha Allah, kita mampu merancang, namun Allah juga merancang. Sesungguhnya ALLAH swt sebaik-baik perancang" Hamra' mengakui kekuasaan Allah tiada tandingan yang luar biasa berbanding manusia.
"Hamra' enti ada rindukan sesiapa?" Usikan Qaisara meriuhkan hati yang damai.
"Sungguh cantik hari-hari yang indah dengan bunga yang berguguran kan Sara? Hamra' bingkas menjawab,
"Hehe, betul tu betul tapi bijak Hamra' tukar topik ye" Ujar Qaisara tersenyum lebar.
Hamra' menguntumkan senyuman. "Ya, sungguh indah. Persis bunga Sakura yang mengharum hanya tunggu saat untuk gugur ke bumi dan layu" monolog Hamra'.
Qaisara dan Hamra' bingkas bangun lalu beredar menikmati pepohonan dan kelapangan teduhan langit yang mendung.
Saat itu bunga pun gugur ke bumi ...
|